28 Juli 2012

Rahasia hati Ify


“You’re my everything. Would you be my girlfriend?”

***

Daun-daun dari pohon-pohon yang tumbuh di taman SMA Cakra Buana satu persatu mulai berguguran. Angin berhembus dengan tenang. Di bangku taman panjang berwarna coklat seorang gadis berkuncir kuda duduk sambil menekuri sebuah novel tebal. Bola matanya bergerak lincah ke kiri dan kanan dari balik kacamata berframe bulat berwarna hitam.
“Fy...” pekik sebuah suara yang tak asing lagi untuk gadis itu. Mario, laki-laki berpostur tinggi kurus itu lalu duduk disampingnya. “Ify.” Panggil Rio lagi.
“Hmmm?” jawab Ify tanpa mengalihkan perhatiannya dari novel yang sejak sejam lalu ia baca.
“Come on, Fy!” Ucap Rio sambil mengambil paksa novel Ify. “Look at me. Just for a while.”
Ify berdecak kesal. “Iya, iya. Ada apa sih?” tanyanya, lantas menatap wajah laki-laki tampan itu.
“I fell in love.”
“Terus?”
“Gue mau nembak dia.”
“Ya, terus apa urusannya sama gue?”
“Ify, pendapat lo penting banget buat gue.”
“Pendapat apaan?”
“Pendapat lo tentang rencana gue mau nembak dia lah.”
“Kalo mau tembak ya tembak aja.” Ucap Ify tak acuh.
“Lo kayaknya ga peduli banget sama cerita gue, Fy.” Rio mendengus kesal.
“Sorry deh. Abisnya, lo jatuh cinta kan udah biasa, Yo. Sampai bosan gue dengar cerita lo yang jatuh cinta mulu.”
Rio membelalak.
Tawa Ify pecah seketika melihat perubahan mimik Rio. Kedua jari telunjuk dan tengahnya diangkat hingga membentuk huruf V.
“Memangnya siapa sih cewek yang berhasil buat lo jatuh cinta lagi?” tanya Ify, sengaja memberi penekanan pada kata ‘lagi’.
“Shilla.”
Ify terperangah. “Shilla yang siswi baru itu?”
Rio mengangguk mantap. “Dia itu beda, Fy. Dia itu nggak seperti mantan-mantan gue yang lain. Dia itu nggak cuma cantik, smart, dan tajir. She’s more than a princess for me.” Jelas Rio dengan serius. “Lo mau nggak bantu gue?” tanya Rio memohon.
“What should i do?” tanyanya sambil meraih kembali novelnya.
“Comblangin gue sama dia.”
Ify terdiam.
“Fy.” Panggil Rio. “Gimana? Please, help me.”
“Kenapa harus gue sih? Kenapa nggak lo sendiri aja yang deketin Shilla. Biasanya juga gitu.”
“Kan udah gue bilang Shilla itu beda, Fy. Nggak seperti mantan-mantan gue yang kecentilan dan kalo gue tembak akan langsung bilang YA. Please, Fy, bantu gue. Karena cuma elo yang bisa bantu gue. Lo dan Shilla kan sekarang dekat tuh.”
Rio menggenggam tangan Ify dengan penuh ketulusan. “Fy, kita best friend kan?”
Ify menatap Rio tepat dikedua manik teduh itu. Best friend. Just a friend. And always be friend. Sekejap rasa itu hadir. Rasa sakit yang begitu menusuk, cepat-cepat ia menetralisasikan kembali perasaannya. Kecewa, namun itu kenyataannya.
“Oke.” Sanggup Ify.
Rio mengulur nafas lega. Dalam satu gerakan cepat Rio menarik Ify dalam pelukannya.

Di dalam hatimu tlah ku temukan arti kebahagiaan
Bersama dirimu aku merasa berarti
Sanggupkah dirimu untuk bertahan
Hingga waktu tak berjalan
Mencintaiku walau bintang tak terang
         
          Ify terdiam kaku. Hampir saja kehabisan nafas karena dipandangi begitu intens oleh Rio. Belum lagi dengan syair lagu yang Rio nyanyikan untuknya dengan versi akustik membuatnya meleleh seleleh-lelehnya.
“You’re my everything. Would you be my girlfriend?”
Ify menggigit bibirnya bagian dalam. Dengan usaha maksimal untuk mengendalikan dirinya. Ify mengangkat wajahnya, menatap kedua manik teduh Rio yang penuh ketulusan. Kemudian menggangguk pelan. “Iya.” Jawab Ify agak malu.
Sebuah senyum mengembang di kedua sudut bibir Rio. “Menurut lo Shilla akan jawab gitu ya?”
Deegggg...
Rasa itu kembali hadir. Rasa sakit yang menjelajar diseluruh tubuhnya. Untuk Shilla. Jelas-jelas Ify tahu kalau itu semua hanya latihan. Rio sudah menjelaskan padanya sejak awal. Tapi kenapa Ify justru berfantasi sendiri dengan pikirannya?
Ify batuk. Tangan kanan yang digunakan untuk menutupi mulutnya segera ia sembunyikan ke samping tubuhnya saat mendapati bercak merah disana.
“Lo masih batuk aja, Fy. Sebenarnya lo udah ke dokter belum sih?”
“Udah kok.”
“Terus kata dokter lo sakit apa? Kok nggak sembuh-sembuh juga.”
“Cuma batuk biasa. Udah deh nggak usah dibahas lagi. Yuk, lanjutin latihannya.”
Rio menyipitkan sebelah matanya sebentar. “Benar Cuma batuk biasa?”
“Iya, benar. Yaudah ayo lanjutin latihannya lagi.”
Lalu Rio kembali fokus bernyanyi dengan gitar yang ia petik.
“Yo, boleh nggak gue minta  satu permintaan ke elo?”
“Apa?”
“Nanti kalo lo udah berhasil dapetin Shilla.” Ify terdiam sejenak. Lalu menarik nafas panjang dengan perlahan. “Lo mau kan berbagi kebahagiaan lo itu sama gue?”
Rio menghentikan permainan gitarnya. Ditatapnya Ify lekat-lekat. Bingung, tak paham maksud perkataan Ify. “Maksudnya?”
“Intinya, kalo lo udah berhasil nembak Shilla dan Shilla nerima lo. Gue mau lo datang ke Taman Kota.”
“Oh, oke.”
“Promise?”
“Promise.”

***

Rencana Rio menyatakan cintanya pada Shilla berjalan sukses. Rio dan Shilla kini resmi berpacaran. Rio sangat bahagia. Begitu bahagianya hingga ia lupa pada sebuah janji yang penah ia ucapkan pada seseorang.

Cintailah aku sepenuh hati
Sesungguhnya aku tak ingin kau pergi
Tak’kan mampu ku hadapi dunia ini
Tiada arti semua bila kau pergi

Rio duduk dibangku panjang Taman Kota ditemani seorang gadis. Bukan Ify. Melainkan Shilla. Gadis yang selalu Rio puja. Gadis yang mampu membutakan mata dan hati Rio. Gadis yang mampu mematikan semua ingatan Rio akan kenangannya bersama seseorang yang telah menemani hari-harinya sejak ia masih kecil.
“Aaa.. Rio..” Shilla berteriak manja saat Rio dengan sengaja menempelkan gula-gula di wajah Shilla.
Rio mengamati lekat-lekat wajah Shilla. Sengaja ingin menyimpan profil sang kekasih dalam memorinya.
“I love you” Ucap Rio tulus.
Satu kata yang selama ini ia jaga dan tak pernah ia utarakan akhirnya terucap untuk gadis pilihannya. Bahkan Rio tak pernah tahu, bahwa ada gadis lain yang berharap kata itu akan diberikan kepadanya.
Mengapa Rio tak juga menyadarinya? Sebodoh itu kah ia? Atau ia pura-pura tak menyadarinya? Aah, tega sekali Rio jika benar ia hanya berpura-pura tak mengerti.
Ify, gadis manis yang selalu menggunakan kacamata berframe bulat berwarna hitam  itu, kini hanya  tinggal sebuah nama. Nama yang terukir indah pada sebuah bangku di Taman Kota. Rio tak sadar bahwa bangku yang ia dan Shilla tempati kini adalah bangku yang pernah Ify tempati dulu.
Disanalah Ify menunggu kedatangan Rio. Menanti janji yang pernah pemuda itu  ucapkan. Berharap Rio datang dengan kue dengan lilin diatasnya. Berharap Rio mau  membagi kebahagiaannya dengan Ify dan mengucapkan Happy Birthday padanya. Tapi, Rio tak kun jung datang.
“Andai kamu pernah mencoba untuk mengerti, Yo. Rasa ini lebih dari sekedar sahabat. Aku mencintaimu, Rio.” Ucap Ify sebelum akhirnya kanker yang ia derita berhasil menjemputnya.

3 komentar:

  1. miris jadi ify di sini.. ya ampuun si rio kagak peka juga.. agak gantung sih ini.. keren!! simple tapi ngena.. kata2nya juga tidak membosannkan..











    Numpang promo ya jangan lupa juga buat berkunjung ke blog saya:
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal
    terimakasih sebelumnya

    BalasHapus